Mahasiswa FTP Ciptakan Detergen dari Getah Biduri



Penggunaan zat aktif surfaktan Alkil Benzena Sulfonat (ABS) dan Linear Alkil Sulfonat (LAS)  pada produk pembersih detergen diketahui menimbulkan dampak negatif bagi makhluk hidup. Sebab zat tersebut adalah bahan aktif berbahaya yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme sehingga dapat mencemari lingkungan khususnya air sungai dan bahkan menyebabkan kematian pada biota laut. Selain itu, kandungan ABS dan LAS pada deterjen juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan akibat residu cemaran yang masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan iritasi kulit.

Seiring pertumbuhan penduduk, pemakaian detergen akan terus meningkat yang berarti berpotensi memperparah pencemaran lingkungan. Inilah yang melatar belakangi kelima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB), Devy Setyana, M.Arham, Sugiyati Ningrum, Anggi Nurvianti dan Nur Oktavia Suci dibawah bimbingan Endrika Widyastuti S.pt. M.Sc. MP. dan Nur Ida Panca STP. MP.  menciptakan deterjen alami berbahan ekstrak getah biduri (Calotropis gigantae) dengan teknologi nano bernama “Bio-Nano Surf” pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-P).


Dipaparkan ketua tim, Devy Setyana yang merupakan mahasiswa jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP FTP) angkatan 2010, ini kelompoknya sengaja memilih getah tanaman biduri karena memiliki kandungan saponin dan enzim protease yang mampu bertindak sebagai deterjen alami.

“Saponin adalah jenis glikosida yang dapat membentuk buih dalam air serta dapat mengangkat kotoran dan menurunkan tegangan air, sedangkan protease adalah enzim yang dapat merombak protein. Dengan demikian keberadaan enzim protease dapat membantu kinerja saponin dalam membersihkan noda karena kemampuannya dalam memecah protein yang merupakan salah satu komponen utama kotoran pakaian,” kata Devy menuturkan.

Devi menambahkan biduri merupakan tanaman lokal Indonesia yang ketersediaannya cukup melimpah. Tanaman ini termasuk mudah tumbuh dan tidak bersifat musiman tapi masih minim pemanfaatan. Bahkan sebagian masyarakat masih menganggap hama karena mengandung kalsium oksalat yang menyebabkan gatal – gatal. Padahal dengan netralisasi menggunakan HCl pada konsentrasi aman sebesar 0,2–1% sebenarnya hal itu dapat diatasi sehingga kita bisa mengambil manfaat dari saponin dan protease yang dimilikinya,” jelasnya lebih lanjut.

Proses pembuatan deterjen alami ini menggunakan nanoteknologi sebagai suatu rekayasa molekuler yang mengubah partikel berskala nanometer. Nanoteknologi ini akan meningkatkan kemampuan deterjen untuk membersihkan noda. Hal ini dikarenakan makin kecil partikel akan makin memudahkan masuk ke serat kain terkecil. Selain itu partikel nano yang berukuran kecil juga akan meningkatkan daya degradasi deterjen sehingga lebih  mudah diurai oleh mikroorganisme.

Proses nanofikasi ini menggunakan freeze drying (mesin pengering beku pada suhu minus-red)  yang mampu mengecilkan partikel deterjen sampai 800 nanometer. Teknologi ini juga memungkinkan terbentuknya kristalisasi ekstrak getah biduri sehingga menjadi bubuk.

Setelah mengalami proses pengujiian yang dilakukan dengan mencuci noda coklat pada kain dengan perendaman 5 menit dan pengucekan 1 menit, terbukti deterjen alami berbahan getah biduri ini mampu menyamai kemampuan deterjen komersial. Selain itu dilakukan pula uji toksisitas dan nilai baku mutu limbah deterjan untuk menguji tingkat biodegradable (kemampuan terurai di alam-red) pada deterjen alami getah biduri. Terbukti nilai baku mutu limbah deterjen getah biduri lebih rendah dari batas maksimum ketetapan baku mutu limbah pada deterjen komersial sehingga lebih ramah lingkungan.

Saat ini hasil penelitian “Bio-Nano Surf”  sudah didaftarkan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan akan diikutkan pada konverensi ilmiah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Selandia Baru.

Courtesy : Prasetya Ub

Tidak ada komentar