10 Tanya Jawab tentang Menulis Teenlit
Sudah ada ide brilian di kepala, karakteristik tokoh utama yang wicked cool, serta plot cerita yang seru, tapi kok rasanya masih ada keraguan bagaimana memulai kisah teenlit ini?
Pernah mengalami ini; kondisi yang nggak bisa disebut writer’s block karena sebenarnya kamu belum memulai ceritamu sama sekali? Nah, saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang di-email teman kalian yang mengalami masalah serupa
- Apakah menulis teenlit hanya bisa dilakukan oleh remaja? Saya tidak yakin bisa melakukannya karena sudah tidak remaja lagi. (Marizka, 23 tahun)—Menulis teenlit bisa dilakukan oleh segala usia. Bagi yang sudah melewati masa remajanya justru akan mendapatkan insight lebih karena ia kini telah dewasa. Merasa nggak update dengan gaya bahasa anak jaman sekarang, ahem, itulah gunanya riset
- Boleh nggak menulis teenlit pakai “bahasa gaul”? (Renna, 15 tahun)—Boleh, tapi sebaiknya batasi pada dialog para tokoh saja. Narasi cerita tetap gunakan bahasa baku agar pembaca tidak pusing saat membacanya. Got it, doll?
- Banyak yang bilang teenlit itu karya nggak penting. Bagaimana menjadikannya “penting”? (Syifa, 17 tahun)—Semua karya itu penting bagi penciptanya. Nah, bagaimana agar penikmat/pembaca juga menganggap demikian, maka garaplah dengan sungguh-sungguh. Hasil akhirnya akan terlihat kok.
- Dari mana saya bisa dapatkan ide-ide yang nggak pasaran untuk cerita teenlit saya? (Aliya, 17 tahun)—Cerita teenlit memang sebagian besar seputar cinta, persahabatan, masalah keluarga, dan pencarian jati diri. Bagi saya ada cara yang lebih OK daripada ATM (Amati-Tiru-Modifikasi), yaitu gali pengalaman hidupmu sebagai sumber ide dan padukan dengan imajinasi. Dijamin unik!
- Awalnya saya punya banyak ide cerita, tapi begitu mau menulis rasanya blank. Kenapa ya? (Retno, 14 tahun)—Seringkali itu terjadi karena kita tidak segera menerjemahkan ide kita ke dalam tulisan. Always write down your ideas anytime, anywhere, on used paper, tissue, or smartphones! Untuk hal satu ini saya punya teman setia yang bisa dibawa ke mana-mana karena ringan, slim sehingga nggak merusak tas. Guys, meet my Acer Iconia Tab A500
- Saya suka nama-nama tokoh di cerita Kak Sitta. Soalnya bagus dan unik. Nyarinya di mana sih? (Jessie, 15 tahun)—Well, thank you. Yang jelas nyarinya di internet. Coba saja googling dengan kata kunci “Sanskrit baby names”.
- Bagaimana caranya bikin tokoh cerita yang “hidup”? (Anton, 18 tahun)—Tokoh cerita terasa hidup karena pembaca bisa relate dengan kondisi si tokoh. Nah, agar ini dapat terjadi, coba isi tokohmu dengan dialog-dialog yang membumi dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.
- Bagaimana sih memulai paragraf pertama cerita yang greget? (Fayza, 15 tahun)—Langsung terjun pada pangkal masalah cerita. Coba mulai dengan “Rania tahu ada yang tidak beres pada tetangga barunya yang selalu tergopoh-gopoh menutup pintu saat menjelang petang itu” daripada “Pada suatu hari…”.
- Boleh nggak menyertakan penggalan lirik lagu atau puisi orang lain ke dalam cerita kita? (Lorraine, 20 tahun)—Boleh selama kamu mencantumkan keterangan dan sumber karya tersebut dengan jelas.
- Aku kesulitan menulis adegan romantis untuk tokoh-tokoh teenlit yang kebanyakan masih remaja. Apakah ada tips untuk menulis adegan romantis yang nggak cheesy? (Amira, 17 tahun)—Pertama, jangan nonton sinetron. Kedua, tetapkan standarmu. Ketiga, bayangkan mahakarya yang indah; lukisan Monet, gaun Alexander McQueen, bagaimana Pangeran William dan Kate Middleton bercengkerama. Keempat, pelajari adegan romantis di buku yang kamu baca (apakah kamu menyukainya, atau ingin memperbaikinya). Dan yang terakhir, amati seperti apa relationship kamu dengan sang pacar. Banyak hal yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi sumber inspirasi kita.
Masih penasaran dengan serba-serbi menulis teenlit? Coba jelajah 50 Best Young Adult and Children’s Book Blogs.
Courtesy : Friends of Acer
Post a Comment